Pada
suatu hari, kejadian yang mengerikan itu terulang kembali. Seorang
gadis cantik yang bernama Aminah tiba-tiba hilang saat sedang mencuci di
tepi sungai itu. Anehnya, walaupun warga sudah berhari-hari mencarinya
dengan menyusuri tepi sungai, tapi tidak juga menemukannya. Gadis itu
hilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sepertinya ia sirna
bagaikan ditelan bumi. Warga pun berhenti melakukan pencarian, karena
menganggap bahwa Aminah telah mati dimakan buaya.
Sementara
itu, di sebuah tempat di dasar sungai tampak seorang gadis tergolek
lemas. Ia adalah si Aminah. Ia baru saja tersadar dari pingsannya.
Sdn 005 tandun :
tapung jaya
“Ayah, Ibu, aku ada di mana? gumam Aminah setengah sadar memanggil kedua orangtuanya.
Dengan
sekuat tenaga, Aminah bangkit dari tidurnya. Betapa terkejutnya ia
ketika menyadari bahwa dirinya berada dalam sebuah gua. Yang lebih
mengejutkannya lagi, ketika ia melihat dinding-dinding gua itu dipenuhi
oleh harta benda yang tak ternilai harganya. Ada permata, emas, intan,
maupun pakaian indah-indah yang memancarkan sinar berkilauan diterpa
cahaya obor yang menempel di dinding-dinding gua.
“Wah, sungguh banyak perhiasan di tempat ini. Tapi, milik siapa ya?” tanya Aminah dalam hati.
Sdn 005 tandun :
tapung jaya
Baru saja Aminah mengungkapkan rasa kagumnya, tiba-tiba terdengar sebuah suara lelaki menggema.
“Hai, Gadis rupawan! Tidak usah takut. Benda-benda ini adalah milikku.”
Alangkah terkejutnya Aminah, tak jauh dari tempatnya duduk terlihat samar-samar seekor buaya besar merangkak di sudut gua.
“Anda siapa? Wujud anda buaya, tapi kenapa bisa berbicara seperti manusia?” tanya Aminah dengan perasaan takut.
“Tenang,
Gadis cantik! Wujudku memang buaya, tapi sebenarnya aku adalah manusia
seperti kamu. Wujudku dapat berubah menjadi manusia ketika purnama
tiba.,” kata Buaya itu.
“Kenapa wujudmu berubah menjadi buaya?” tanya Aminah ingin tahu.
Sdn 005 tandun :
tapung jaya
“Dulu,
aku terkena kutukan karena perbuatanku yang sangat jahat. Namaku dulu
adalah Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Aku selalu
merampas harta benda setiap saudagar yang berlayar di sungai ini. Semua
hasil rampokanku kusimpan dalam gua ini,” jelas Buaya itu.
“Lalu, bagaimana jika Anda lapar? Dari mana Anda memperoleh makanan?” tanya Aminah.
“Kalau
aku butuh makanan, harta itu aku jual sedikit di pasar desa di tepi
Sungai Tulang Bawang saat bulan purnama tiba. Tidak seorang penduduk pun
yang tahu bahwa aku adalah buaya jadi-jadian. Mereka juga tidak tahu
kalau aku telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu
menghubungkan gua ini dengan desa tersebut,” ungkap Buaya itu.
Sdn 005 tandun :
tapung jaya
Tanpa
disadarinya, Buaya Perompak itu telah membuka rahasia gua tempat
kediamannya. Hal itu tidak disia-siakan oleh Aminah. Secara seksama, ia
telah menyimak dan selalu akan mengingat semua keterangan yang berharga
itu, agar suatu saat kelak ia bisa melarikan diri dari gua itu.
“Hai, Gadis Cantik! Siapa namamu?” tanya Buaya itu.
“Namaku Aminah. Aku tinggal di sebuah dusun di tepi Sungai Tulang Bawang,” jawab Aminah.
“Wahai, Buaya! Bolehkah aku bertanya kepadamu?” tanya Aminah
“Ada apa gerangan, Aminah? Katakanlah!” jawab Buaya itu.
“Mengapa Anda menculikku dan tidak memakanku sekalian?” tanya Aminah heran.
“Ketahuilah,
Aminah! Aku membawamu ke tempat ini dan tidak memangsamu, karena aku
suka kepadamu. Kamu adalah gadis cantik nan rupawan dan lemah lembut.
Maukah Engkau tinggal bersamaku di dalam gua ini?” tanya Buaya itu.
Sdn 005 tandun :
tapung jaya
Mendengar pertanyaan buaya itu, Aminah jadi gugup. Sejenak, ia terdiam dan termenung.
“Ma… maaf, Buaya! Aku tidak bisa tinggal bersamamu. Orangtuaku pasti akan mencariku,” jawab Aminah menolak.
Agar Aminah mau tinggal bersamanya, buaya itu berjanji akan memberinya hadiah perhiasan.
“Jika
Engkau bersedia tinggal bersamaku, aku akan memberikan semua harta
benda yang ada di dalam gua ini. Akan tetapi, jika kamu menolak, maka
aku akan memangsamu,” ancam Buaya itu.
Aminah
terkejut mendengar ancaman Buaya itu. Namun, hal itu tidak membuatnya
putus asa. Sejenak ia berpikir mencari jalan agar dirinya bisa selamat
dari terkaman Buaya itu.
“Baiklah, Buaya! Aku bersedia untuk tinggal bersamamu di sini,” jawab Aminah setuju.
Rupanya,
Aminah menerima permintaan Buaya itu agar terhindar dari acamana Buaya
itu, di samping sambil menunggu waktu yang tepat agar bisa melarikan
diri dari gua itu.
Sdn 005 tandun :
tapung jaya
Akhirnya, Aminah
pun tinggal bersama Buaya Perompak itu di dalam gua. Setiap hari Buaya
itu memberinya perhiasan yang indah dan mewah. Tubuhnya yang molek
ditutupi oleh pakaian yang terbuat dari kain sutra. Tangan dan lehernya
dipenuhi oleh perhiasan emas yang berpermata intan.
Pada
suatu hari, Buaya Perompak itu sedikit lengah. Ia tertidur pulas dan
meninggalkan pintu gua dalam keadaan terbuka. Melihat keadaan itu,
Aminah pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
“Wah, ini kesempatan baik untuk keluar dari sini,” kata Aminah dalam hati.
Untungnya
Aminah sempat merekam dalam pikirannya tentang cerita Buaya itu bahwa
ada sebuah terowongan yang menghubungkan gua itu dengan sebuah desa di
tepi Sungai Tulang Bawang. Dengan sangat hati-hati, Aminah pun keluar
sambil berjingkat-jingkat. Ia sudah tidak sempat berpikir untuk membawa
harta benda milik sang Buaya, kecuali pakaian dan perhiasan yang masih
melekat di tubuhnya.
Sdn 005 tandun :
tapung jaya
Setelah beberapa
saat mencari, Aminah pun menemukan sebuah terowongan yang sempit di
balik gua itu dan segera menelusurinya. Tidak lama kemudian, tak jauh
dari depannya terlihat sinar matahari memancar masuk ke dalam
terowongan. Hal itu menandakan bahwa sebentar lagi ia akan sampai di
mulut terowongan. Dengan perasaan was-was, ia terus menelusuri
terowongan itu dan sesekali menoleh ke belakang, karena khawatir Buaya
Perompak itu terbangun dan membututinya. Ketika ia sampai di mulut
terowongan, terlihatlah di depannya sebuah hutan lebat. Alangkah
senangnya hati Aminah, karena selamat dari ancaman Buaya Perompak itu.
“Terima kasih Tuhan, aku telah selamat dari ancaman Buaya Perompak itu,” Aminah berucap syukur.
Setelah
itu, Aminah segera menyusuri hutan yang lebat itu. Setelah beberapa
jauh berjalan, ia bertemu dengan seorang penduduk desa yang sedang
mencari rotan.
“Hai, Anak Gadis! Kamu siapa? Kenapa berada di tengah hutan ini seorang diri?” tanya penduduk desa itu.
“Aku Aminah, Tuan!” jawab Aminah.
Setelah
itu, Aminah pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga ia
berada di hutan itu. Oleh karena merasa iba, penduduk desa itu pun
mengantar Aminah pulang ke kampung halamannya. Sesampai di rumahnya,
Aminah pun memberikan penduduk desa itu hadiah sebagian perhiasan yang
melekat di tubuhnya sebagai ucapan terima kasih.
Akhirnya,
Aminah pun selamat kembali ke kampung halamannya. Seluruh penduduk di
kampungnya menyambutnya dengan gembira. Ia pun menceritakan semua
kejadian yang telah menimpanya kepada kedua orangtuanya dan seluruh
warga di kampungnya. Sejak itu, warga pun semakin berhati-hati untuk
mandi dan mencuci di tepi Sungai Tulang Bawang.
Sdn 005 tandun :
tapung jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar